Konferensi Internasional AIDS ke-18 yang berlangsung selama enam hari di Wina Austria telah berakhir dengan desakan kepada pihak-pihak terkait untuk memberikan kemudahan perawatan dan pengobatan untuk para penderita penyakit ini. Lebih dari dari 20 ribu orang dari 100 negara terlibat dalam sejumlah komisi yang membahas perkembangan keilmuan terakhir dalam upaya memproduksi vaksin AIDS, kondisi para penderita AIDS dan solusi mencegah penyebaran vitus HIV.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membrane mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Penggunaan jarum suntik yang tercemari HIV menjadi faktor penularan terbesar virus ini di kalangan para pengguna narkotika jenis suntik karena sering menggunakan jarum secara bergantian. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
AIDS pertama kali diumumkan menjadi penyebab kematian orang pada tanggal 5 Juni 1981. Sejak saat itu, AIDS menjadi momok yang sangat menakutkan dan dilema besar bagi dunia medis. Sampai saat ini tercatat lebih dari 25 juta orang meninggal dunia akibat penyakit ini. Di dunia, AIDS adalah penyebab kematian keempat sementara di benua Afrika penyakit ini diklaim sebagai faktor kematian terbesar. Sebagian besar korban AIDS adalah kalangan berusia muda bahkan lima juta diantaranya masih berumur di bawah 15 tahun. Diperkirakan saat ini terdapat 40 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi virus HIV. Yang menyedihkan adalah bahwa 95 persen penderita AIDS hidup di negara berkembang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagi dunia ke dalam sepuluh kawasan geografis. Dengan pembagian itu jelas bahwa tingkat penyebaran HIV di setiap kawasan berbeda dengan kawasan yang lain. Menurut laporan WHO, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dengan 98 persen warganya beragama Islam termasuk diantara kawasan yang paling bersih dari virus HIV dari kesepuluh kawasan. Penyebabnya adalah ketaatan warga di kawasan ini terhadap ajaran agama dan norma-norma kesusilaan. Sayangnya, angka itu tercemari oleh faktor penularan AIDS lewat jarum suntik yang marak diantara para pecandu narkotika. Akibat faktor ini, Bahrain, Iran, Tunis, Mesir dan Pakistan menjadi negara-negara yang terancam penyebaran cepat virus HIV.
Konferensi internasional AIDS ke-18 menyoroti penyebaran AIDS di kawasan Asia tengah dan Eropa Timur. Direktur Unicef di Jerman, Christine Schneider, mengatakan, AIDS terus berkembang dan menyebar di kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah dengan kebanyakan korbannya dari kalangan perempuan, anak kecil dan pemuda miskin yang hidup di pinggiran kota. Faktor utama penyebaran AIDS di kawasan ini adalah merebaknya praktik asusila dan penggunaan narkotika. Kondisi ekonomi yang buruk mendorong para pemuda di kawasan ini pergi ke Rusia dan Ukraina untuk mengais rejeki. Tak hanya uang yang mereka bawa pulang ke kampung halaman tetapi juga virus HIV yang mematikan. Antara tahun 2001 dan 2008, jumlah penderita AIDS di Asia Tengah dan Eropa Timur meningkat 66 persen. Di antara negara-negara itu, Ukraina menempati urutan teratas penderita AIDS. Menurut data WHO, penderita AIDS di Ukraina saat ini tercatat sebanyak 360 ribu orang.
AIDS tidak mengenal batas dan mengancam semua negara. Karena itu, masyarakat dunia secara bersama-sama terus mengupayakan pencegahan penyebaran penyakit ini. AIDS memang merebak tanpa kendali di negara-negara miskin dan berkembang, namun uang dan obat untuk mengatasinya justeru dimiliki oleh negara-negara maju dan kaya. Tahun 2006, negara-negara kaya berjanji akan membantu negara-negara miskin dengan dana sebesar 25 miliar USD sampai tahun 2010 untuk program penyuluhan dan pengendalian AIDS. Namun dari janji itu, hanya separuhnya yang sudah terlaksana. Para donatur beralasan bahwa tak tersedianya dana yang dijanjikan itu diakibatkan oleh krisis ekonomi yang melanda dunia.
Julio Montaner, presiden International AIDS Society (IAS) mengkritik sejumlah negara kaya dan mengatakan, sepanjang tahun lalu, para pemimpin yang menjanjikan kerjasama untuk menanggulangi masalah AIDS tentu masih ingat bahwa mereka telah mengucurkan dana paket bantuan ekonomi untuk menyelamatkan rekan-rekannya, para bankir dan pemodal Wall Street yang rakus. Kini ketika tiba giliran masalah kesehatan, mereka bergegas melepas tanggung jawab.
Presiden IAS menambahkan, “Jika pemerintah di semua negara tidak memperbaiki kualitas pengobatan dan layanan untuk para penderita AIDS, dampak yang bakal terjadi bisa mengimbas semua negara.”
Penyebaran cepat penyakit ini di negara-negara miskin dan berkembang tidak berarti bahwa negara-negara maju sudah aman dari penyebaran penyakit mematikan ini. Dalam sebuah aksi kemanusiaan, negara-negara maju memberikan bantuan untuk ikut mencegah penyebaran AIDS. Secara lahiriyah bantuan itu memang untuk meringankan beban penanganan AIDS di negara-negara miskin dan berkembang, padahal sebenarnya yang diuntungkan dari bantuan itu adalah negara-negara maju sendiri. AIDS adalah epidemi yang menjadi masalah besar bagi dunia. Tak beda halnya dengan masalah dunia lainnya seperti pemanasan global yang mengancam semua negara tanpa kecuali. Apalagi, pusat kajian medis di Amerika Serikat dalam laporannya menyebutkan, AIDS menyebar dengan sangat cepat di enam negara bagian di wilayah selatan Amerika Serikat.
Saat ini, di AS tercatat sebanyak satu juta orang mengidap penyakit AIDS. Namun demikian, bujet pemerintah untuk menangani penyakit ini dalam beberapa tahun terakhir menurun cukup drastis. Sangat mungkin hal itu dipicu oleh krisis ekonomi yang melanda negara ini. Sudah 25 tahun berlalu sejak kasus AIDS pertama kali dipublikasikan secara resmi dan penyakit inipun menyebar dengan cepat di seluruh dunia, namun demikian, banyak penderita AIDS di AS yang enggan mendatangi klinik-klinik kesehatan. Menurut data yang ada, kasus infeksi virus HIV di Carolina Utara, Carolina Selatan, Georgia, Alabama, Mississippi, dan Louisiana meningkat sampai 36 persen. Data ini menunjukkan bahwa negara terkaya di duniapun tak selamat dari serangan gelombang baru penyebaran AIDS.
Salah satu faktor penyebaran AIDS adalah melalui hubungan intim. Mereka yang tidak mengindahkan norma dan nilai-nilai kesusilaan dan kerap melakukan hubungan badan di luar pernikahan merupakan kelompok yang rawan terkena penyakit ini. Mencegah lebih baik dari mengobati adalah prinsip yang harus dikedepankan dalam menghadapi penyebaran penyakit AIDS. Untuk itu, para pakar mengimbau semua orang untuk menghormati nilai-nilai etika, setia kepada keluarga dan menghindari kontak seksual tanpa batas.(IRIB/AHF/SL)
Recent Comments